Pengembangan Butir Soal, LOTS, MOTS dan HOTS dalam Asesmen Kurikulum Merdeka Terbaru

Posted on

Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, Kurikulum Merdeka hadir membawa angin segar bagi guru, siswa, dan seluruh ekosistem pendidikan di Indonesia. Salah satu komponen penting dalam kurikulum ini adalah pengembangan butir soal yang lebih terarah, relevan, dan mampu mengukur kemampuan siswa secara holistik. Tentu saja, pengembangan ini tidak hanya sebatas menyusun soal, melainkan juga menyelaraskannya dengan tingkat kognitif siswa, yang dalam hal ini mencakup LOTS (Lower Order Thinking Skills), MOTS (Middle Order Thinking Skills), dan HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Ketika berbicara tentang pengembangan butir soal, kita tidak hanya berbicara soal teks atau pilihan ganda yang biasa ditemui dalam ujian. Pengembangan butir soal dalam Asesmen Kurikulum Merdeka terbaru menuntut pendekatan yang kreatif, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan siswa. Di tahap LOTS, soal-soal cenderung berfokus pada pengenalan fakta, konsep dasar, atau hafalan sederhana. Ini bukan berarti tidak penting, karena LOTS berfungsi sebagai pondasi awal bagi siswa untuk memahami pengetahuan dasar.

Namun, jika hanya berfokus pada LOTS, kita akan kehilangan peluang untuk mendorong siswa berpikir lebih kritis. Oleh karena itu, pengembangan soal harus melangkah lebih jauh ke MOTS. Di tingkat ini, siswa diajak untuk menghubungkan informasi, melakukan analisis sederhana, dan memecahkan masalah yang memerlukan pemahaman lebih mendalam. Misalnya, daripada hanya bertanya, “Apa definisi ekosistem?” guru dapat menantang siswa dengan pertanyaan seperti, “Bagaimana interaksi antara komponen abiotik dan biotik memengaruhi keseimbangan ekosistem?”

Melangkah lebih jauh, HOTS menjadi puncak dari pengembangan butir soal dalam Kurikulum Merdeka. Di sini, siswa dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, dan solutif. HOTS memerlukan kemampuan siswa untuk mengevaluasi, membuat keputusan, atau menghasilkan sesuatu yang baru. Soal-soal HOTS, misalnya, dapat berupa studi kasus yang meminta siswa menganalisis masalah dunia nyata, seperti dampak perubahan iklim terhadap pola pertanian di Indonesia. Hal ini tidak hanya mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi, tetapi juga menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini.

Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga proses belajar itu sendiri. Oleh sebab itu, pengembangan butir soal harus mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menggali potensi mereka, bukan sekadar pemberi soal. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan metakognitif, yaitu kemampuan untuk memahami cara mereka belajar dan berpikir.

Dalam praktiknya, penyusunan soal yang memadukan LOTS, MOTS, dan HOTS membutuhkan pemahaman yang baik tentang tujuan pembelajaran. Guru perlu memiliki keterampilan untuk merancang soal yang tidak hanya menarik, tetapi juga menantang siswa di berbagai tingkat kognitif. Misalnya, dalam satu set soal, guru dapat menggabungkan pertanyaan LOTS untuk mengecek pemahaman dasar, MOTS untuk melatih keterampilan analitis, dan HOTS untuk mendorong pemikiran kritis.

Di sisi lain, pengembangan butir soal juga harus relevan dengan konteks kehidupan siswa. Misalnya, untuk siswa di daerah pedesaan, soal-soal yang mengangkat isu pertanian atau lingkungan sekitar mereka akan lebih bermakna dibandingkan soal-soal yang bersifat abstrak. Ini sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan pengalaman nyata.

Teknologi juga memainkan peran penting dalam pengembangan butir soal di era Kurikulum Merdeka. Platform pembelajaran seperti Merdeka Mengajar memberikan ruang bagi guru untuk berbagi soal, mengakses bank soal, atau bahkan mendapatkan pelatihan dalam merancang asesmen berbasis LOTS, MOTS, dan HOTS. Dengan memanfaatkan teknologi, guru dapat menghemat waktu sekaligus meningkatkan kualitas soal yang mereka buat.

Tidak dapat disangkal bahwa pengembangan butir soal yang mengintegrasikan LOTS, MOTS, dan HOTS memerlukan usaha ekstra. Guru harus terus belajar, berdiskusi, dan berkolaborasi dengan sesama pendidik. Namun, usaha ini akan terbayar ketika kita melihat siswa menjadi lebih percaya diri, mampu berpikir kritis, dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata.

Demikian pembahasan kali ini. Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!

Silahkan Mengisi Absensi Workshop 2 Desember 2024 Disini!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *